Panglima Angkatan Laut. Penunjukannya sebagai kepala staf angkatan laut tersebut dilatarbelakangi oleh suatu proses reorganisasi dan rasionalisasi yang diberlakukan kepada kalangan tentara sebagai konsekuensi dari kebijakan Perdana Menteri Muhammad Hatta.
Pendidikan dan Kepangkatan
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Hollands Indische School (HIS) sekolah dasar bagi para pribumi pada tahun 1930, setelah selesai kemudian melanjutkan ke MULO di selesai tahun 1933, AMS tahun 1935, dan terakhir di Middled Lands School diselesaikan tahun 1941. Kecintaannya pada dunia bahari yang kemudian mendorongnya untuk melanjutkan belajarnya di Koninklijke Marine (K.M) dan selesai tahun 1943. Pada awal masa pembentukan ALRI dan perang mempertahankan kemerdekaan R. Soebijakto aktif terlibat didalamya karena memang tokoh kita ini sosok pelaut tulen didikan Belanda karena sudah sejak tahun 1937 dia sudah menamatkan pendidikannya di KIM-V. Sebagai salah satu perintis berdirinya Angkatan Laut RI kemampuannya dalam hal penguasaan bahasa asing sudah tidak dapat diragukan lagi. Tercatat paling tidak dia berkemampuan menguasai bahasa-bahasa seperti bahasa Inggris, Belanda maupun Rusia dan tentunya sebagai orang Jawa, pastilah bahasa Jawa menjadi bahasa ibu. Saat masa-masa perjuangan kemerdekaan bangsa tingkatan maupun jenjang kepangkatan di kalangan tentara belum begitu teratur dan terukur seperti sekarang ini. Sebagai personel yang berlatar belakang pendidikan KIM di Den Helder negeri Belanda, sejak tanggal 1 Januari 1950 R. Soebijakto sudah berpangkat Kolonel, empat tahun kemudian tepatnya sejak 1 April 1954 sudah berpangkat Laksamana Muda. Pangkatnya menanjak terus sesuai prestasi kerjanya maka pada tanggal 9 Juli 1954 berpangkat Laksamana Madya dan akhirnya terhitung mulai tanggal 27 April 1971 pangkatnya menjadi Laksamana TNI, pangkat tertinggi yang tidak semua perwira angkatan laut dapat merengkuhnya.
Riwayat Penugasan
Ketika Republik Indonesia masih dibawah cengkeraman penjajah tepatnya sejak 1 April 1941 R. Soebijakto mengawali dinasnya di ASP ADJ Viiteru Consulant yang bertempat di Ambarawa, selanjutnya sejak 1 April 1942 menjadi Aspiran Reserve off Konijklike Marine, dan terakhir 1 Maret 1943 menjabat LT2 KMR. Pada waktu bangsa Indonesia sudah merdeka tepatnya sejak tanggal 1 Maret 1947 dia menjadi pegawai tinggi yang diperbantukan kepada Menteri Kementerian Pertahanan. Naluri bahari yang selalu bergelora di dadanya kemudian mengantarkannya untuk bergabung sebagai prajurit ALRI sejak tanggal 6 Mei 1948. Dua bulan kemudian karena tingkat profesionalismenya sebagai prajurit matra laut maka terhitung mulai tanggal 8 Mei 1948 pemerintah mempercayakan dirinya untuk menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut RI. Kemudian pada waktu negara membutuhkan keahliannya untuk membangun angkatan laut RI yang disegani maka terhitung tanggal 25 November 1955 dia mengemban tugas untuk melanglang buana ke berbagai penjuru dunia seperti Italia, Swiss, Jerman Barat, Australia, Belgia, Perancis, Inggris, Kanada, Jepang dan Amerika Serikat. Semenjak tanggal 17 Mei 1959 statusnya diperbantukan sebagai perwira tinggi di Kementerian Luar Negeri, tepat dua bulan kemudian dia diberhentikan dengan hormat sebagai Kasal. Selanjutnya pada tanggal 1 September 1959 pemerintah mempercayakan kepadanya sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Turki di Ankara. Dalam perjalanannya, jabatan ini hanya diemban selama lebih kurang 6 tahun.
Jabatan sebagai duta besar di Turki tampaknya bukan akhir dari perjalanan kariernya, terbukti kemudian sejak tanggal 1 Januari 1965 negara mempercayakan kembali kepada R. Soebijakto untuk sekali lagi menjabat sebagai duta besar yang kali ini sebagai duta besar RI di Yugoslavia. Jabatan duta besar di negara ini ternyata tidak berlangsung lama hanya lebih kurang satu tahun. Hal itu dibuktikan ketika pada tanggal 1 Januari 1966 dia kembali pulang ke Tanah Air. Mantan Kasal ini secara resmi mengakhiri pengabdiannya sejak tanggal 1 Januari 1973.
Semenjak masa purna bhakti Laksamana TNI (Purn) R. Soebijakto bertempat tinggal di Jl. Golf I No. 175 Simpruk, Jakarta. Dia meninggal dunia pada tanggal 12 Agustus 1999 dengan tenang dan kemudian dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara kemiliteran. Selama pengabdiannya kepada bangsa dan negara berbagai bintang dan tanda jasa telah diperolehnya antara lain:
Bintang Sakti
Bintang Dharma
Bintang Jalasena Utama
Bintang Jalasena Nararya
Bintang Tentara Rakyat Yugo I
Satyalencana Saptamarga
Satyalencana GOM V
Satyalencana GOM VII
Satyalencana Kesetiaan VIII, XVI dan XXIV tahun
Satyalencana Perang Kemerdekaan I
Satyalencana Perang Kemerdekaan II
( id.wikipedia )