Djamin Ginting

Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting (lahir di Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, 12 Januari 1921 – meninggal di Ottawa, Kanada, 23 Oktober 1974 pada umur 53 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Taneh Karo yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.

Kehidupan awal
Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Taneh Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.

Djamari Chaniago

Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago (lahir di Padang, Sumatera Barat, 8 April 1949; umur 66 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Pangkat terakhir militer aktifnya adalah Letnan Jenderal TNI dan jabatan terakhir militer yang dijabatnya adalah Kepala Staf Umum TNI Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).[2] Ia merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1971 dan berasal dari kesatuan Infanteri - Baret Hijau Kostrad. Saat ini Djamari menjabat sebagai Komisaris Utama PT Semen Padang.

Djaja Suparman

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Djaja Suparman (lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 11 Desember 1949; umur 66 tahun) adalah seorang mantan perwira tinggi militer TNI Angkatan Darat berbintang tiga. Ia juga merupakan mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Karier militer
Djaja Suparman merupakan lulusan Akmil tahun 1972 yang berasal dari kesatuan infanteri baret hijau. Penugasan pertamanya adalah di Kediri, sebagai Komandan Peleton (Danton). Beberapa waktu kemudian ia dipercaya sebagai Komandan Yonif 507/Sikatan (Surabaya), yang merupakan pasukan andalan Kodam V/Brawijaya. Sesudahnya, ia dipercaya sebagai Komandan Distrik Militer (Dandim) di Probolinggo. Kemudian ditarik ke Makodam V/Brawijaya, sebagai Waasops Kasdam V. Setelah berdinas di staf, Djaja ditarik kembali ke satuan tempur, sebagai Komandan Brigif 13/Galuh Kostrad (Tasikmalaya).

Djasri Marin

Mayjen TNI (Purn) Djasri Marin (lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat, 30 Agustus 1950; umur 65 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia dari TNI-AD. Puncak karier militer diraihnya ketika ia menjabat sebagai Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) TNI periode 1998-2002.

Riwayat
Kehidupan pribadi
Djasri Marin lahir pada 30 Agustus 1950 di kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Dalam pernikahannya dengan seorang perempuan bernama Mulyati (alm), mereka telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Mulia Desi dan Mugia Junanda.

Fachrul Razi

Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi (lahir di Banda Aceh, Aceh, 26 Juli 1947; umur 68 tahun) adalah salah satu tokoh militer Indonesia. Fachrul Razi, lulusan Akademi Militer 1970 ini berpengalaman dalam bidang infanteri. Jabatan terakhir jenderal bintang empat ini adalah Wakil Panglima TNI

Feisal Tanjung

Jenderal TNI (Purn) Feisal Edno Tanjung (lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 17 Juni 1939 – meninggal di Jakarta, 18 Februari 2013 pada umur 73 tahun), putra ke-5 dari Amin Husin Abdul Mun'im dan Siti Rawani Hutagalung, adalah salah satu tokoh militer Indonesia. Feisal adalah alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1961. Seorang perwira tempur, kariernya banyak dihabiskan di pasukan khusus; Grup Sandi Yudha RPKAD (sekarang Kopassus) dan kemudian di Brigade 17 Kostrad.

Nama
Nama "Edno" pada namanya disesuaikan dengan urutan kelahirannya (E adalah huruf ke-5 alfabet). Ayahnya, seorang tokoh Muhammadiyah, memberi nama anak-anaknya sesuai dengan urutan kelahiran masing-masing. Nama keluarga "Tanjung" bukan nama yang dibawa dari lahir. Tapi baru diadopsi ketika saudara tertua Feisal mulai memasuki bangku perkuliahan.

G.H. Mantik

Gustaf Hendrik Mantik (lahir di Bandung, Jawa Barat, 26 April 1928 – meninggal di Jakarta, 8 Agustus 2001 pada umur 73 tahun) adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1978-1985. Walaupun ia lahir di Bandung tetapi darah Minahasa kental mengalir dalam dirinya.

Perjuangan
Ketika revolusi fisik masih bergolak G. H. Mantik menjadi Komandan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) wilayah Bandung-Jakarta. Secara resmi ia terdaftar sebagai anggota militer aktif ketika menjadi Bintara Brigade Guntur di Divisi Siliwangi pada tahun 1946. Ia juga turut aktif dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, penumpasan pemberontakan APRA di Bandung, penumpasan pemberontakan RMS di Maluku, dan berbagai operasi militer lainnya.