G.H. Mantik

Gustaf Hendrik Mantik (lahir di Bandung, Jawa Barat, 26 April 1928 – meninggal di Jakarta, 8 Agustus 2001 pada umur 73 tahun) adalah Gubernur Sulawesi Utara periode 1978-1985. Walaupun ia lahir di Bandung tetapi darah Minahasa kental mengalir dalam dirinya.

Perjuangan
Ketika revolusi fisik masih bergolak G. H. Mantik menjadi Komandan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) wilayah Bandung-Jakarta. Secara resmi ia terdaftar sebagai anggota militer aktif ketika menjadi Bintara Brigade Guntur di Divisi Siliwangi pada tahun 1946. Ia juga turut aktif dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, penumpasan pemberontakan APRA di Bandung, penumpasan pemberontakan RMS di Maluku, dan berbagai operasi militer lainnya.


Karier
G. H. Mantik sempat menjabat Asisten II Kodam V/Jaya pada tahun 1963 bahkan pada tahun 1967 ia menjadi anggota DPR GR. Sebelum menjabat Pangdam IX/ Mulawarman, G.H. Mantik memegang posisi sebagai Kepala Staf Garnizun Ibukota. G.H. Mantik menjabat Pangdam IX/Mulawarman selama 2 tahun dari 1971-1973. Tahun 1973 Mayor Jenderal TNI G.H. Mantik menjadi Pangdam V/Jaya. Jabatan ini cukup lama diembannya mulai dari tahun 1973 hingga 1977. Sehabis menjabat Pangdam V/Jaya, G. H. Mantik dengan pangkat Letnan Jenderal TNI dilantik menjadi Pangkowilhan I, ternyata jabatan ini merupakan puncak kariernya di kemiliteran karena setelah itu ia menjadi Gubernur Sulawesi Utara dan cukup lama dia duduk di kursi orang nomor satu provinsi Sulawesi Utara yaitu selama 7 tahun (1978-1985).

Dari Sulawesi Utara G. H. Mantik kembali ke Jakarta untuk menjabat Wakil Ketua MPR-RI.

Kematian
Letnan Jenderal TNI (Purn) G. H. Mantik wafat di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2001.

Kehidupan Pribadi
G.H Mantik meninggalkan tiga orang anak perempuan, yang bernama Maria Josephine Mantik, Norma Mantik, dan Agusta Triana Mantik, serta satu orang cucu laki-laki dan tiga cucu perempuan yang bernama, Henrie Kumaat, Adeline Pingkan, Devani Mandrasari, beserta Christianne Kezia.
( wikipedia )