Diponegoro. Muladi pernah menjabat Ketua Institute for Democracy and Human Rights di The Habibie Center, Jakarta. Sosok Muladi cukup menggetarkan hati. Hal ini terlihat dari tinggi tubuhnya mencapai 1,80 m dan berat lebih dari satu kuintal. Gaya bicaranya keras menggelegar, terutama saat marah. Tetapi, ia sesungguhnya berhati lembut serta tidak tahan melihat ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Sekilas hidupnya
Awal kehidupan
Muladi lahir di Solo, 26 Mei 1943, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Dasijo Darmo Soewito dan Sartini.[5] Ayahnya yang asli Jawa Timur bekerja sebagai reserse polisi. Orang tuanya yang pindah tugaslah yang membawanya tinggal di Semarang. Muladi kecil dikenal nakal. Karena kenakalannya itu, Muladi dua kali tidak lulus sekolah, yaitu ketika SD dan SMP. Meski tidak lulus SMP, Muladi tetap bisa melanjutkan sekolah ke sebuah SMA swasta, SMA Institut Indonesia. Ia kemudian diterima di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang. Ia memilih untuk kuliah di Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (saat ini disebut dengan nama Fakultas Hukum). Semasih mahasiswa, Muladi aktif sebagai Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), tahun 1963-1968. Ia juga pernah menjadi Komandan Batalyon IV, Resimen Mahasiwa Semarang (1964-1967). Selain itu, sambil kuliah, dia bekerja sebagai karyawan OPS Minyak dan Gas Bumi, Jawa Tengah (1966-1969). Dalam hal olahraga, Muladi muda menyukai karate dan judo. Pemegang sabuk hitam ini bahkan menjadi atlet judo nasional.
Sebelum aktif di dunia politik, ia berkarier di Universitas Diponegoro sebagai dosen. Ia datang ke Jakarta ketika menjadi anggota MPR-RI pada tahun 1997. Setelah itu, ia dan keluarganya tinggal di Jakarta.
Keluarga
Pada usia 21 tahun, Muladi menikahi adik kelasnya, Nany Ratna Asmara, tepatnya pada tanggal 22 Maret 1964. Pernikahannya tersebut membuahkan empat orang putri, yaitu Rina Irawanti, Diah Sulistyani, Aida Fitriani, dan Erlina Kumala Esti. Dua anak pertama dan anak bungsunya mengikuti jejak Muladi mendalami bidang hukum. Putri keduanya, Diah Sulistyani, mengikuti jejaknya menjadi seorang akademisi.
Pendidikan
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (S1 Hukum Pidana) (1968)
International Institute of Human Rights di Strasbourg, Perancis (1979)
Ilmu Hukum Program Pascasarjana FH Universitas Padjajaran, Bandung (S3) (1984) dengan predikat Cumlaude
KSA III Lemhanas (1993)
Karier
Rektor dan Guru Besar Universitas Diponegoro
Ketua Delegasi Indonesia pada Kongres Crime on Prime Prevention and Criminal Justice (ECOSOC) (1991-1998)
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Fraksi Utusan Daerah (1997-1999)
Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (1993-1998)
Menteri Kehakiman (Menkeh) Kabinet Pembangunan VII (1998) dan Kabinet Reformasi Pembangunan merangkap Menteri Sekretaris Negara (1998-1999)
Ketua Institute for Democracy and Human Rights di The Habibie Center, Jakarta (1999-2002)
Gubernur Lemhannas (2005-2011)
Ketua DPP Partai Golkar Bidang Hukum dan HAM (2009-2014)
Anggota Dewan Komisaris Pertamina
Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan dan Kemayoran
Hakim Agung RI (September 2000-Juni 2001)
Penghargaan
Dwija Sista dari Departemen Pertahanan dan Keamanan (1991)
Man of the Year dari Harian Suara Merdeka, Semarang (1995)
Satya Lencana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI (1995)
DAN VI Karate (INKAI) (1998)
Bintang Mahaputra Adi Pradana Kelas II dari Presiden RI (1999)
The Best Alumni of Undip (2003)
Bintang Bhayangkara Utama dari Presiden RI (2006)
( id.wikipedia)